Ketika sang revolusioner
berhenti menapak
Kobaran yang
menyala dalam hati telah padam
Semangat yang
membara telah padam
Nadi yang
berdenyut kencang tak lagi berdetak
Langkah kaki yang
yang lancang
Kini tak mampu
menopang
Tangan yang kuat
Tak lagi dapat memegang
Akal yang jernih
Tak lagi dapat
berfikir
Tidur terbaring
senyap
Tanpa sang mentari
yang menghiasi
Hanya ada ratapan
kecil dari sang cucu
Yang semakin
meratap dan terus menatap
Tak ada harapan
yang bisa dibuat
Hanya menunggu
sang Izroil menjemput
Ratapan mata yang
kosong
Wajah yang mulai
mengkeriput
Lekuk hitam
terlihat jelas dalam guratan
Rona mata yang
semakin memudar
Tak ada lagi
cahaya kehidupan
Mirisnya lagi, tak
ada satupun yang datang
Menyapa sang mentari
yang pernah bersinar ditengah kegelapan
Tak ada satupun
yang menyapa ketika sang mentari datang
Ketika detik –
detik penentuan
Hanya sang cucu
yang yang tak berpaling
Tak pernah
menyembunyikan gundahnya
Rela selalu setia
menunggu sang belahan jiwa
Tepat setengah 12
malam…
Hembusan terakhir terasa
kerasnya
Terbangun,
terbelalak tak dapat berkata
Hanya satu kalimat
yang sellau dia ucapkan
Dengan tertatih
merelakan
Akhirnya sang
revolusi telah mangkat
Membawa sejuta
kerinduan yang akan datang
Setelah bau
menyengat, barulah mereka mengabarkan
Sungguh munafik
mereka
Tak dapat
mengindahkan apa yang telah diperbuatnya.
0 komentar:
Posting Komentar