Merah
Pudar Ditelan Angkara
Semangat…
semangat… seru sang Letnan
Menggebu,
mendebu, membakar jiwa
Bak
dipadang pasir tertumbuhi rumput hijau
Yang
semakin hijau dengan siraman hujan
Semangat
yang tak henti menyala
Menjadi
saksi akan berdirinya bangsa
Menjadi
saksi akan matinya beribu jiwa
Demi
sang negara
Desissan
senapa. Dorr… Dorr…
Memekakan
telinga
Membuka
mata
“Siap
Letnan perang dimulai”, ujarnya
Runcingnya
bambu dan sebilah belati
Menjadi
gaman sejati
Tanpa
menoleh… serbuuuuu….
Bambu
tegak berdiri diatas mayat – mayat kompeni
Perjuangan
yang lama
Darah
mengalir bak sungai yang tak berujung
Menepis
ke serat kayu, menjauh kedalam bumi
Tak
ada kata saudara, tak ada kata teman
Depan
mata adalah singa yang haus akan darah
Hanya
perlu satu bambu dan sebuah kekompakan
Menerkam
menerjang ke depan
Tak
ada ampunan,
Tak
ada perlawanan
Semuanya
demi sang pertiwi yang harus berdiri lagi
Namun…
Ceceran
darah , guratan air mata, goresan permanen
Tak
lagi dipuji
Tak
ada kata – kata mulia lagi untuk mereka
Semuanya
hilang tanpa bekas
Kembali
ke jaman jahiliyah, tak tahu arah
Kini
tinggalah fatamorgana yang menjadi raja
Menjadi
dayang semua angkara
Menyusutkan
akal yang tak bertuan
Tak
ada balasan barang se zarah
“Ah…
mengapa aku bodoh berbuat untuk mereka yang gila akan dunia.”
0 komentar:
Posting Komentar